Imam Ali bin Abi Thalib as mewasiatkan kepada umat Islam melalui putranya al-Hasan as mengenai berbagai masalah penting seperti syariat, sosial, dan akhlak. Di awal wasiatnya beliau memulai dengan penegasan kalimat “Allah, Allah” yang menunjukkan betapa pentingnya masalah tersebut.
Imam Ali menegaskan perhatian terhadap yatim. Beliau berkata: “Allah, Allah! Kalian harus memperhatikan hak yatim, jangan sampai mereka kelaparan dan terhina di hadapanmu.”
Agama Islam sangat menekankan perhatian terhadap hak yatim dan orang-orang yang tertindas serta membutuhkan pertolongan.
Baca juga Anak Yatim di Mata Agama
Dalam kitab al-Kafi disebutkan bahwa suatu hari seseorang memberikan hadiah madu dan buah tin kepada Imam Ali. Kemudian Amirul Mukminin memerintahkan anak-anak yatim hadir. Lalu beliau menyuapkan madu itu dengan jarinya kepada anak yatim itu satu persatu. Seseorang bertanya kepada Imam Ali, “Mengapa bukan mereka sendiri yang melakukannya?” Imam Ali menjawab: “Ali adalah ayah anak-anak yatim. Aku menyuapkan madu ini kepada mereka seperti halnya para ayah menyuapi anak-anaknya.”
Mengenai hak tetangga, Imam Ali dalam wasiatnya berkata: “Allah, Allah! Kalian harus berbuat baik kepada para tetangga. Sebab Rasulullah memerintahkan kita untuk bersikap baik terhadap mereka. Saking pentingnya berbuat baik kepada tetangga, bahkan Rasulullah bersabda [seolah] kita saling mewarisi dengan para tetangga.”
Baca juga Hak Tetangga dalam Pandangan Islam
Islam memiliki penghormatan tinggi terhadap tetangga, sebab agama Islam memiliki perhatian terhadap masalah sosial. Keluarga, kerabat, tetangga dan masyarakat, masing-masing memiliki kedudukan khusus dalam agama samawi ini.
Di bagian lain wasiatnya, Imam Ali berkata: “Allah, Allah. Kalian jangan melupakan hukum Alquran, dan jangan sampai orang lain lebih dahulu menjalankannya dari pada kalian.”
Terkait wasiat ini, Ayatullah Makarim Shirazi menulis: “Perkataan ini menegaskan bahwa kita jangan sampai hanya cukup dengan membaca Alquran disertai tajwidnya saja dan melupakan isinya, sedangkan non-Muslim justru mengamalkan isinya. Misalnya mengenai jual beli di pasar, Alquran memerintahkan untuk jujur dan amanah, tapi kalian melanggarnya. Mereka menuntut berbagai ilmu pengetahuan dan terorganisir mengikuti sistem yang berlaku, tapi kalian tidak mempedulikannya dan akan tertinggal.” Amat disayangkan berbagai masalah tersebut justru menimpa umat Islam dewasa ini.
Mengenai salat, Imam Ali dalam wasiatnya berkata: “Allah, Allah. Dirikanlah salat, karena salat merupakan tiang agama.”
Salat menjadikan manusia berhubungan dengan Allah dan mengingat-Nya. Salat juga menghidupkan spirit takwa. Oleh karena itu, salat menjauhkan manusia dari kerusakan dan kemungkaran. Itulah sebabnya salat disebut sebagai tiang agama. Sebaliknya meninggalkan salat akan “melupakan Tuhan”, dan orang yang melupakan Tuhan cenderung mudah untuk melakukan dosa dan kemaksiatan.
Imam Ali dalam wasiat lainnya berkata: “Allah, Allah! Kalian jangan mengabaikan jihad dengan harta, jiwa dan lisanmu di jalan Allah.” Maksud jihad dengan jiwa adalah maju ke medan perang demi membela Islam dan negara-negara Islam dari serangan musuh. Sedangkan jihad dengan harta adalah memberikan bantuan finansial untuk membantu pasukan muslim, dan dalam konteks kekinian adalah penggunaan media massa. Tapi perlu diperhatikan bahwa penyalahgunaan kata jihad untuk menciptakan perpecahan di tengah umat Islam dan pembantaian terhadap Muslim mau pun menunjukkan wajah buruk Islam seperti kejahatan anti-kemanusiaan yang dilakukan kelompok-kelompok takfiri seperti ISIS berbeda dengan makna Jihad sebenarnya dalam Islam.
Di bagian lain wasiatnya, Imam Ali memberikan nasihat supaya umat Islam jangan sampai meninggalkan Amar Maruf dan Nahi Munkar. Beliau berkata: “Amar maruf dan nahi munkar jangan sampai ditinggalkan, sebab kejahatan akan menguasai kalian dan ketika berdoa tidak akan terkabul.” Sejumlah riwayat menjelaskan bahwa salah satu penyebab doa tidak terkabul disebabkan mengabaikan Amar Maruf dan Nahi Munkar.
Wasiat mulia Imam Ali bagi umat Islam ini menunjukkan hakikat keagungan beliau sebagai Amirul Mukminin. Harus diakui, jika wasiat Imam Ali ini dijalankan dengan baik oleh kaum Muslimin saat ini, maka umat Islam akan hidup mulia di dunia dan akhirat.
*Disarikan dari buletin Al-Mitsal
Comments