Setiap orang pasti memiliki sahabat sebagai tempat berbagi rasa, saling menasihati dan saling tolong-menolong baik dalam keadaan susah atau bahagia. Namun Islam juga menekankan kita agar teliti dalam memilih sahabat. Mengutip dari Sayid Muhammad Husain, bahwa banyak orang yang terjerumus kedalam kemaksiatan dan kesesatan karena pengaruh orang yang salah. Dalam menentukan orang-orang yang tak layak dijadikan sahabat dan menjadi tolok ukur yang sebenarnya, kita dapat langsung merujuk pada firman-firman-Nya.
Allah Yang Mahatinggi berfirman: Dan (ingatlah) suatu hari ketika orang-orang zalim menggigit dua tangannya dan (dengan penuh penyesalan! berkata, "Oh, seandainya aku mengikuti jejak rasul.” Ketika itu ia menjerit memekik, “kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan sebagai sahabat akrabku.” (QS. Al-Furqan: 27)
Baca juga: Ikatan Persahabatan dalam Islam
Ia telah menjadikan seseorang yang tak layak menjadi sahabatnya, hingga ia menyesali persahabatan itu. Mengapa ia menyesal? Karena, la telah menjauhkan diri dari mengingat firman (Allah) setelah firman itu sampai kepadanya, dan setan selalu menjadikan manusia hina, dan ia tidak akan menerima bahwa dirinya adalah faktor kesesatannya.
Golongan lain dari sahabat-sahabat tak layak yang dilarang oleh Alquran untuk mengadakan hubungan persahabatan dengan mereka adalah sekelompok manusia yang sengaja ingin memahami ayat-ayat Alquran dengan tujuan menurut angan-angan mereka yang picik mencari-cari kelemahannya yang seterusnya mereka akan memperolok dan menentangnya. Alquran memerintahkan kita untuk menjauhi orang-orang semacam ini.
Allah berfirman: Apabila engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika setan benar-benar menjadikan engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali janganlah engkau duduk (bersahabat) bersama orang-orang yang zalim. (QS. Al-An'am: 68)
Dari ayat ini dapat dipahami dengan jelas bahwa kita harus menjauhi orang-orang yang menebarkan racun tentang Islam. Hal ini disebabkan Allah tidak mengizinkan untuk menghadiri sebuah perkumpulan yang dengan sengaja menentang Islam, dapat dipastikan bahwa Allah tidak akan mengizinkan kita untuk mengadakan hubungan persahabatan yang akrab dengan mereka.
Ketika Allah memerintahkan kita untuk meninggalkan pertemuan yang menentang Islam, bagaimana dapat kita pahami bahwa Dia mengizinkan kita untuk mengadakan hubungan akrab dengan mereka?
Allah memerintahkan kita untuk mengadakan hubungan persahabatan dengan fondasi iman dan takwa. Atas dasar ini, adakah hubungan persahabatan dengan orang yang beriman dan satu ide dengan Anda dalam keimanan kepada Allah, Rasul, para kekasih-Nya dan Hari Kiamat, dalam ketakwaan, takut kepada-Nya. Karena persahabatan semacam ini akan abadi hingga Anda berpindah ke alam lain dan masuk surga sebagai sahabat-sahabat surgawi sebagaimana Anda adalah dua sahabat sejati di dunia.
Adapun orang-orang yang tidak seide dengan Anda dalam agama dan ketakwaan, persahabatan dengan mereka pada hari kiamat akan berubah menjadi permusuhan, seperti yang telah kita ketahui bersama sebelumnya bahwa para sahabat pada hari itu akan memusuhi yang lainnya kecuali orang-orang yang bertakwa.
Ya, hanya orang-orang bertakwalah yang persahabatan mereka akan kekal abadi hingga hari kiamat. Pada ayat yang lain kita dapat membaca: Pada saat itulah para pemimpin kebatilan membebaskan diri dari orang-orang yang pernah mengikuti mereka, mereka telah melihat siksa dan segala bentuk hubungan dan tali harapan telah terputus dari mereka. (Para pengikut mereka dengan penuh penyesalan) berkata: “Oh, seandainya kami dikembalikan ke dunia sehingga kami dapat membebaskan diri dari mereka sebagaimana mereka meninggalkan kami sekarang.”
Begitulah Allah memperlihatkan amalan-amalan mereka sebagai sumber penyesalan, dan mereka tidak dapat selamat dari siksa neraka. (QS Al-Baqarah: 166-167)
Atas dasar ini, apabila kita menginginkan kriteria-kriteria persahabatan yang telah ditetapkan oleh Allah, Rasul dan para kekasih-Nya, dan sampai pada Hari Kiamat mereka akan tetap bersama kita, hendaknya para sahabat kita berasal dari golongan orang-orang yang bertakwa. Persahabatan yang demikian ini akan mengingatkan Anda kepada Allah Swt. Mereka dalam keadaan bersaudara duduk berhadapan di atas singgasana-singgasana.
Dana Mustadhafin
Comentarios