Manusia adalah makhluk yang paling mulia, oleh Allah Swt manusia dijadikan sebagai khalifah di muka bumi yang memiliki kelayakan untuk mencapai derajat yang tinggi. Namun, manusia juga bisa menyamai kedudukan binatang apabila ia cenderung mengikuti hawa nafsunya. Allah berfirman: “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi ia cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya, ia mengulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya, ia mengulurkan lidahnya (juga)”. [QS. Al-Hujurat: 13]
Atas dasar itu, akidah Islam memperhatikan kedua faktor kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh manusia itu. Alquran juga memandang manusia sebagai makhluk yang lemah, gelisah (keluh kesah), tergesa-gesa, condong melampaui batas, lalim dan bodoh, sebagaimana digambarkan Alquran pada surah Ash-Shaffat ayat 24.
Atas dasar itu pula, Islam tidak memaksanya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban berat yang melampui batas kemampuannya, baik secara lahiriah mapun batiniah. Allah berfirman: “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." [QS. At-Tahrim: 6]
Akidah Islam berperan membebaskan manusia dari berbagai hal yang akan menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan. Akidah Islam telah berhasil membebaskan manusia dari penindasan politik. Islam tidak merestui seseorang menindas sesamanya atau satu golongan menghina golongan yang lain. Sepanjang sejarahnya, Islam adalah faktor utama bagi munculnya gerakan-gerakan kemerdekaan dan kebebasan.
Bagaimanapun pandangan seseorang terhadap agama, ia tidak akan dapat melupakan faktor agama dan pengaruhnya dalam memunculkan kesadaran revolusioner sepanjang sejarah Islam. Betapapun banyaknya penyelewengan yang telah menimpa kaum muslimin sepanjang sejarah, akan tetapi hal itu tidak mampu membasmi semangat revolusioner para pemeluk agama suci ini yang senantiasa berusaha memulihkan kembali agama tersebut (sehingga dapat berkiprah dalam kehidupan sehari-hari), membasmi kezaliman dan menjunjung tinggi hak-hak dan kehormatan seorang muslim.
Sayidina Ali ra berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya Adam tidak melahirkan budak dan sahaya. Dan sesungguhnya seluruh manusia adalah merdeka.”
Hanya saja, Islam tidak memberikan kebebasan mutlak kepada manusia. Karena hal itu akan menyebabkan manusia bebas berbuat sesuka hatinya. Islam menentukan batasan-batasan yang jelas bagi kebebasan tersebut sehingga tidak terjadi kekacauan, harus ada keseimbangan antara kebebasan dan penghambaan.
Akidah Islam mengikat hati insan muslim dengan tali Allah dan alam akhirat, telah berhasil membebaskannya dari jeratan hawa nafsunya. Hawa nafsu menurut pandangan para alim adalah titik ketergelinciran yang sangat berbahaya. Oleh karena itu, mereka lebih banyak mencurahkan perhatian mereka terhadap satu titik berbahaya ini. Akidah Islam telah membekali akal seorang muslim dengan alat kontrol istimewa yang dapat mencegahnya dari penyelewengan atau lebih mementingkan dunia yang fana atas akhirat yang abadi (sebagai akibat dari mengikuti ajakan hawa nafsu).
Baca juga: Hakikat Manusia Merdeka Secara Universal
Akidah Islam juga telah berhasil membebaskan manusia dari menyembah alam, mengkultuskan dan takut atas fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya. Manusia pernah bingung dan takjub menghadapi fenomena-fenomena alam yang luar biasa ini. Ia tidak mengetahui rahasia yang tersembunyi di balik keluarbiasaan itu. Oleh karena itu, ia mengkultuskannya dan mengajukan binatang-binatang korban yang berlimpah untuknya dengan harapan ia akan aman dari lahar-lahar gunung berapinya yang berkobar, gempanya yang memporak-porandakan (setiap yang terdapat di muka bumi ini), banjirnya yang dahsyat dan petir-petir apinya yang siap menghanguskan (setiap yang disentuhnya). Maka datanglah akidah menyingkap tabir-tabir yang menyelimuti akalnya dan membuka jalan di hadapannya lebar-lebar supaya ia memfungsikan alam ini semaksimal mungkin dan hidup damai berdampingan dengannya.
Akidah Islam telah berhasil membebaskan manusia dari keyakinan dan perilaku yang syarat dengan cerita-cerita bohong dan tahayul. Hal ini bertujuan untuk membasmi tabir-tabir khayalan yang bersemayam di dalam akalnya yang dapat menonaktifkan fungsi akal tersebut.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak termasuk golongan kami orang yang meramal (nasib) dan orang yang minta diramal, orang yang melaksanakan praktik dukun dan orang yang meminta untuk didukuni atau orang yang menggunakan praktek sihir dan orang yang memohon darinya untuk melakukan hal itu demi kepentingannya.”
Dana Mustadhafin
Comments