top of page

Menjaga Nikmat Allah Sebelum Dicabut



Jika kita mau mencoba merenungi, begitu banyak nikmat Allah ﷻ yang telah diberikan kepada kita semua, seperti nikmat kesehatan yang menggerakan tubuh kita untuk beraktivitas sehari-hari. Mensyukuri nikmat-Nya yang begitu melimpah dapat dilakukan dengan mengakui dan meyakini jika semua nikmat yang kita rasakan hanya semata-mata berasal dari Allah ﷻ dan kita sebagai manusia hanya menjadi perantara sehingga segala sesuatu bisa terjadi atas kehendak-Nya. Dengan bersyukur dalam hati, kita akan merasakan ketulusan dari nikmat yang telah Dia berikan, baik nikmat iman, ihsan, dan islam selama hidup.


Sudah menjadi Sunnatullah yang paten bahwa siapa yang mensyukuri nikmat-Nya akan ditambah. Dan sebaliknya, siapa yang mengingkari nikmat Allah, mengkufurinya atau bahkan menggunakannya untuk sesuatu yang dilarang, maka Allah mengancamnya dengan sanksi yang berat.



Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7)


Dalam bahasa arab, kata “ni’matu” (kenikmatan) hanya berbeda tipis dengan kata “niqmatu” (bencana). Namun keduanya memiliki makna yang bersebarangan. Dari ayat diatas kita ingin mengambil pelajaran berharga untuk berhati-hati dengan nikmat Allah Swt.


Maka dari itu kita jangan mengubah nikmat Allah yang indah ini dengan menggunakannya untuk bermaksiat dan melanggar ketentuan-Nya. Karena nikmat yang indah bisa berbalik menjadi bencana yang menyengsarakan.


Allah Swt berfirman: “Barangsiapa menukar nikmat Allah setelah (nikmat itu) datang kepadanya, maka sungguh Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS Al-Baqarah 211)



Untuk itu jangan pancing murka Allah dengan menggunakan fasilitas kenikmatan ini untuk menentang perintah atau melanggar larangan-Nya. Baik kenikmatan itu berupa kenikmatan materi atau pun ruhani, maka semua itu bisa berbalik menjadi bencana baginya. Alquran memberi contoh tentang mereka yang enggan bersyukur dalam kisah Negeri Saba' dalam firman-Nya:


Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr.” (QS. Saba: 15 - 16)


Dana Mustadhafin


Comentarios


bottom of page