top of page

Mengajari Anak Rasa Tanggung Jawab


Dunia adalah tempat bekerja dan berusaha. Barang siapa yang lebih giat dalam berusaha dan bekerja, dan mengerjakan kewajiban­kewajiban individu dan sosial dengan lebih baik maka ia akan lebih sukses dan lebih dicintai. Para pekerja adalah sebaik-baik dan semulia-mulianya anggota masyarakat. Jika para pekerja tidak berproduksi maka bagaimana mungkin kehidupan masyarakat dapat berjalan.


Tiap-tiap manusia memperoleh manfaat dari hasil kerja orang lain, namun ia juga mempunyai kewajiban untuk memberikan manfaat kepada orang lain sebatas kemampuannya. Siapa saja yang mempunyai kemampuan untuk bekerja namun ia tidak bekerja maka ia telah meletakkan beban kehidupannya kepada orang lain, dan di sisi Allah Swt ia adalah orang yang tercela. Rasulullah saw bersabda: “Sungguh tercela orang yang meletakkan kebutuhan hidupnya pada pundak orang lain.” (al-Kafi, 5/72)


Oleh karena itu, kemampuan dan kecintaan kerja, dan penerimaan tanggung jawab dan pengenalan kewajiban merupakan salah satu masalah yang sangat penting yang harus mendapat perhatian oleh para pendidik. Budaya kerja harus disebarluaskan di tengah-tengah masyarakat. Masalah ini memerlukan sebuah gerakan yang menyeluruh dan terkoordinasi. Media massa, sekolah, perguruan tinggi dan orang tua mempunyai kewajiban dalam menyebarkan dan menanamkan budaya ini di tengah-tengah masyarakat.


Namun, di antara mereka semua kedua orang tua mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dan peranan yang lebih penting. Mendorong anak untuk bekerja dan menerima tanggung jawab harus sudah dimulai sejak masa kanak-kanak dan itu dilakukan oleh orang tua. Ayah dan ibu harus tahu bahwa anak kesayangan mereka tidak akan selamanya menjadi anak-anak, tetapi dengan akan segera mereka menjadi besar, menjadi laki-laki dan perempuan dewasa di tengah-tengah masyarakat. Di masa depan mereka akan menjadi anggota masyarakat yang beruntung jika mampu bekerja, mengetahui kewajiban, kuat dan sungguh-sungguh dalam bekerja.


Di samping mereka punya keinginan untuk bekerja mereka juga punya kemampuan untuk melakukannya, sehingga mereka mampu berdiri di atas kaki sendiri dan mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pribadi dan pekerjaan-pekerjaan sosial.


Para orang tua harus mendidik anak-anak mereka untuk dapat hidup di tengah-tengah masyarakat secara mandiri. Mereka harus mendidik anak-anak perempuan mereka untuk dapat menerima tanggung jawab, mengurus rumah, dan melaksanakan kewajiban-kewajiban sosial. Mereka juga harus mendidik anak-anak lelaki mereka untuk dapat menerima tanggung jawab-tanggung jawab sosial, bekerja dengan sungguh-sungguh, memenuhi kebutuhan umum, mengepalai kehidupan keluarga, dan mempunyai istri dan anak, sehingga mereka dapat hidup dalam kemakmuran dan kesenangan, dan menjadi suami atau istri yang baik bagi pasangannya, menjadi ayah atau ibu yang baik bagi anak-anaknya, dan memberikan manfaat bagi orang-orang yang ada di sekelilingnya.


Semua ini harus menjadi bagian program pendidikan dan harus sudah dimulai sejak masa kanak-kanak. Karena jika tidak maka tidak akan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan. Jika sejak kecil seseorang tidak dibiasakan untuk bekerja dan menerima tanggung jawab, maka ketika sudah besar akan susah baginya untuk dapat bekerja melaksanakan kewajiban.


Sebagian orang tua lalai akan perkara penting yang sangat menentukan ini. Disebabkan mereka sangat sayang kepada anaknya, mereka mengerjakan semua pekerjaan anaknya dan tidak membebankan tanggung jawab apa-apa kepada anaknya, dan mereka meyakini bahwa itu adalah sebuah bentuk pengorbanan mereka kepada anaknya, padahal dari sisi pendidikan itu adalah sebuah kesalahan dan pengkhianatan.


Namun, orang tua yang cerdas akan senantiasa berpikir tentang masa depan anaknya, dan melangkah di jalan pembentukan kemandirian, kekuatan dan kemampuan kerja anak-anaknya. Mereka menjadikan kebiasaan kerja dan penerimaan tanggung jawab sebagai bagian dari program pendidikan bagi anak-anaknya. Mereka sangat memperhatikan usia, minat dan kemampuan anak mereka. Manakala mereka melihat anak mereka telah siap untuk melaksanakan sebuah pekerjaan dan memperlihatkan minat, maka mereka pun membebankan pekerjaan tersebut ke pundaknya dan mendorongnya untuk melaksanakannya, dan manakala diperlukan mereka segera memberikan petunjuk dan bantuan kepada anaknya.


Namun hendaknya program ini dilakukan secara bertahap dan pada waktu yang tepat sehingga tidak melelahkan bagi anak. Pada usia-usia dini diberikan pekerjaan-pekerjaan yang mudah dan sederhana kepada anak. Misalnya, kita memerintahkan kepada anak usia tiga tahun: coba makan dengan menggunakan sendok, pakai sepatumu, kenakan atau buka kaus kakimu, pakai celanamu, tolong ambilkan tempat sendok dan garpu di dapur, rapikan mainanmu dan taruh pada tempatnya. Dengan cara ini, maka semakin besar ia akan mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih sulit.


Anak-anak dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan berikut: membentangkan dan melipat selimut tidurnya, mengelap meja makan, meletakkan wadah makan kecil di meja makan, membawa wadah-wadah bekas makan ke dapur, membantu ibu memasak, membawakan teh, mencuci wadah bekas makan, menyapu kamar, mengasuh adik, menjaga dan memelihara bunga dan tanaman yang ada di pekarangan rumah, mengeluarkan isi tempat sampah, merapikan kamar, memberi makan binatang peliharaan, belanja ke warung, dan pekerjaan-pekerjaan sederhana lainnya yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya.


Untuk menjadikan anak suka bekerja, dalam melakukan pekerjaan Anda dapat mengikutsertakan mereka, karena biasanya anak-anak suka bekerja sama dengan ayah ibunya. Jika ayah dan ibu bekerja sama dan saling tolong menolong dalam mengurus rumah maka itu menjadi contoh yang paling baik bagi anak-anak.


Pada saat memberikan pekerjaan kepada anak hendaknya orang tua juga memperhatikan tugas-tugas dan ujian-ujian sekolah mereka. Tidak boleh pekerjaan yang diberikan mengganggu tugas-tugas pelajaran, terutama pada saat-saat ujian saat diperlukan belajar lebih banyak. Di sini, orang tua harus memperhatikan kondisi anak mereka ini. Seorang pendidik yang pintar akan berusaha menciptakan keseimbangan di antara bermain anak, mengerjakan tugas-tugas sekolah dan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah, sehingga satu sama lain tidak saling mengganggu.


Melatih anak bekerja tidak hanya berlaku pada saat anak dalam masa kanak-kanak saja, tetapi harus terus dilanjutkan pada saat anak menginjak usia remaja. Pada masa itu anak sudah bisa memikul tanggung jawab yang lebih berat. Latihan kerja pada masa SMP dan SMU harus dilakukan dengan program-program yang menarik dan sungguh-sungguh, dan itu dapat dilakukan pada saat liburan sekolah.


Alangkah bagusnya jika seorang remaja pada masa sekolah SMU dibekali dengan satu bidang keahlian tertentu, bahkan begitu juga bagi mereka yang hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Menguasai satu bidang keahlian tertentu merupakan kesempurnaan bagi seorang manusia, dan pada keadaan-keadaan tertentu ia dapat memanfaatkannya, terutama pada bidang-bidang yang berkaitan dengan produksi, seperti pertanian, pertukangan, jahit menjahit, perbungaan, pandai besi, melukis, memasak, menenun dan mekanik. Amirul Mukminin a.s. berkata: “Allah mencintai orang yang mempunyai keahlian dan kejujuran.” (al-Kafi, 5/113)


*Disarikan dari buku Agar Tak Salah Mendidik – Ayatullah Ibrahim Amini


Comments


bottom of page