top of page

Memotivasi Anak untuk Melakukan Hal Positif


Semua orang memerlukan motivasi yang baik dalam melakukan segala sesuatu. Manusia yang memiliki motivasi akan bersemangat dan memiliki kepercayaan diri yang lebih besar. Semua kesulitan akan menjadi tantangan bagi dirinya. Sebaliknya mereka yang tidak memiliki motivasi dan semangat yang besar akan sulit untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik, terutama anak-anak.


Dalam sistem pendidikan Islam, orang yang baik dan yang buruk tidak boleh diperlakukan sama. Mereka yang berbuat baik akan mendapatkan pujian, sementara orang yang melanggar aturan Islam pantas mendapatkan hukuman.



Sayidina Ali mengatakan: “Janganlah kamu pandang sama antara orang yang baik dan orang yang buruk, karena itu akan melemahkan semangat orang-orang yang suka berbuat baik dan memicu keberanian orang-orang yang berbuat jahat."


Islam menjanjikan pahala untuk orang-orang yang berbuat kebajikan dan menjanjikan siksaan untuk orang-orang yang berbuat buruk. Allah Swt berfirman: “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. al-Baqarah:25)


Profesor Ibrahim Amini dalam bukunya “Agar Tak Salah mendidik” menjelaskan, untuk memotivasi anak supaya melakukan hal yang positif mereka perlu diberikan apresiasi/penghargaan.



Penghargaan itu bisa berbentuk pujian, ucapan terima kasih, pemberian hadiah, senyuman, memberikan nilai yang bagus, dan sebagainya. Dan jangan lupa penghargaan-penghargaan itu disesuaikan dengan faktor usia dan kesenangannya.


Pada taraf awal kehidupannya anak-anak sangat memerlukan dukungan dari orangtua mereka. Janganlah bakhil dengan pujian, senyuman, pelukan dan keceriaan wajah untuk anak-anak.


Seiring dengan perkembangan usianya maka mereka lebih senang lagi dengan hadiah-hadiah dan pujian. Begitu meningkat usianya mereka lebih suka kalau penghargaan itu dalam bentuk buku-buku cerita, sepatu, baju baru dan hadiah (berupa paket wisata dan sejenisnya).


Untuk selanjutnya penghargaan yang layak bagi mereka adalah kepercayaan kita dan memberinya hak untuk mengeluarkan pendapat.


Singkatnya, manfaatkan penghargaan itu untuk menumbuhkan nilai-nilai yang positif dalam diri anak-anak. Ketika si anak terus memiliki semangat untuk menumbuhkan nilai-nilai yang baik, maka ia juga akan terus berusaha untuk menyempurnakan performanya.


Meskipun penghargaan itu memang penting dalam pembinaan karakter, bukan berarti tidak mengandung hal-hal yang negatif. Kalau penghargaan itu dimaknai sebagai suap maka si anak akan selalu tergantung dengan penghargaan.


Begitu si anak beranjak dewasa ia baru mau melakukan sesuatu kalau diiming-imingi dengan hadiah-hadiah. Di dalam dirinya tidak tumbuh perasaan bertanggung jawab atas perbuatannya. Bisanya cuma berharap dari orang lain. Bahkan ketika melaksanakan kewajiban-kewajiban sosial dan agama. Kalau ia tidak mengubah sifatnya ia akan kehilangan teman-temannya karena siapa pun tidak akan suka dengan manusia seperti itu.


Orang tua mesti membenahi cara berpikir anak-anak yaitu bahwa mereka juga memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perbuatan tertentu, meskipun tidak mendapat pujian.


Agar penghargaan itu tepat kepada sasaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:


  • Berikan penghargaan atau pujian atas perbuatan si anak dan bukan pribadi anak tersebut. Si anak harus mengerti bahwa penghargaan itu untuk perbuatannya.

  • Penghargaan harus proporsional dengan perbuatannya. Dengan kata lain pujian itu janganlah terlalu berlebihan. Misal, ketika kita memuji lukisan anak-anak, pujilah secara spesifik, jangan semua dikatakan indah.

  • Sampaikan pujian untuk hal-hal positif, tapi jangan terlalu sering. Pujian yang terus-menerus untuk semua hal, akan menghilangkan nilai pujian.

  • Ketika memuji si anak, janganlah membanding-bandingkan dengan orang lain.

  • Jangan terlalu berlebihan dalam memberikan pujian karena itu akan membuat si anak menjadi sombong. Sayidina Ali mengatakan: "Seringkali seseorang menjadi takabur karena pujian-pujian."

  • Jangan memuji anak-anak secara tidak realistis.

  • Apresiasi harus disesuaikan dengan kuantitas dan kualitas.

  • Berikan penghargaan atau pujian untuk hal-hal yang telah mereka raih dengan kerja keras dan bukan karena talentanya. Seorang anak yang memiliki IQ biasa-biasa tapi karena rajin belajar sehingga memperoleh nilai yang tinggi dalam pelajarannya, maka anak itu pantas mendapatkan pujian.

1 comentário


Dudi Budiman
Dudi Budiman
08 de set. de 2021

anak saya sudah kelas 5 SD, tapi masih sulit sekali diminta utk mengerjakan tugas2, baik tugas sekolah maupun tugas di rumah, seperti membereskan pakaiannya sendiri, mencuci piring bekas makannya sendiri, dll. selalu ada saja alasannya, sampai stres kami ortunya menghadapi kelakuan anak ini setiap hari. pdhl fasilitas belajar utk sfh maupun permintaan2nya hampir selalu dipenuhi, tp dia sering ingkar janji ketika sudah mendapatkan apa yg diinginkan. namun jika diancam bhw keinginannya tidak akan diberikan, dia pun dgn entengnya menjawab, ya udah aku jg ga akan ngerjain tugas. duh, sdh kehabisan kata2 rasanya utk menasihati anak ini. kira2 bgmn kiat2 mendidik anak yg perilakunya seperti ini?

Curtir
bottom of page