Pendidikan akhlak bagi anak adalah program yang tidak boleh ditunda-tunda oleh orang tua karena berkaitan dengan seluruh dimensi kehidupan manusia. Sekalipun diakui bahwa pendidikan karakter alias mendidik akal yang baik dan mengikis sifat-sifat yang buruk bukan pekerjaan yang gampang. lni adalah aktivitas yang menuntut keseriusan, profesionalisme, kerja sama berbagai elemen dan keseriusan dari para pakar dalam bidang pendidikan akhlak dan juga mereka yang berkecimpung di lapangan.
Para pendidik harus komitmen dalam mengawasi anak asuhannya baik anak-anak remaja atau anak muda dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melalaikan tanggung jawab tersebut. Mereka juga dapat menerapkan metode-metode hasil temuan para pakar pendidikan untuk mengembangkan sifat-sifat baik dalam diri seseorang dan mengikis sifat-sifat buruknya dengan selalu terbuka dengan segala nasihat.
Baca juga: Mendidik Anak dalam Keluarga ala Islam
Sifat tanggung jawab merupakan norma yang sangat krusial yang harus dikembangtumbuhkan seorang pendidik. Ajarkan bahwa sebagai makhluk sosial, seseorang memerlukan bantuan manusia-manusia lain di sekelilingnya, jadi ia tidak bisa hidup bebas sekehendak hatinya.
Sebagai seorang anggota dalam sebuah lingkungan masyarakat maka ia harus lebih peduli dengan nasib sesamanya. Karena semua sama-sama saling membutuhkan. Setiap individu punya hak dan kewajiban. Jika setiap orang memperhatikan hak orang lain dengan benar dan menunaikan kewajibannya dengan baik maka akan terwujud kehidupan yang harmonis dan menyenangkan, tetapi sebaiknya kalau tidak ada yang mau menjalankan kewajiban dan menunaikan hak, maka yang akan muncul adalah kehidupan yang kacau balau.
Anak-anak sejak kecil harus menyadari bahwa hidup adalah bekerjasama, saling memberi dan menerima tanggung jawab. Camkan di dalam mereka bahwa bukan hanya dirinya yang harus sukses di dalam hidup tapi ia juga harus berusaha menyukseskan orang lain di sekitarnya. Ia juga harus belajar kalau bisa memanfaatkan orang lain untuk kebahagiaan dirinya, ia juga harus belajar bagaimana memberikan kebahagiaan kepada orang lain.
Baca juga: Mempersiapkan Masa Depan Anak dengan Hati
Para pendidik harus mengajarkan nilai tanggung jawab kepada anak-anak dalam kesempatan yang tepat dan dengan kualitas yang disesuaikan dengan kapasitas kemampuan mereka. Sehingga hasilnya si anak akan merasa bahwa tanggung jawab adalah bagian intrinsik dari dirinya. Kaum guru dan para pembimbing yang merasa bertanggungjawab kepada mereka akan mudah menularkan kebaikan tersebut kepada anak-anak didiknya.
Sikap disiplin diri dalam mematuhi hukum syariat atau mengembangkan sikap kepasrahan total kepada ketentuan-ketentuan yang Allah Swt buat adalah hal yang harus ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak oleh para pendidik, dan sebaiknya yang harus mengajarkan kepada anak didiknya adalah para ahli amal.
Ada dua tahap yang harus dilakukan oleh pendidik untuk menanamkan masalah ini kepada anak didiknya:
Tahap pertama memberikan penjelasan yang dapat dipahami oleh anak-anak mengenai betapa pentingnya melaksanakan perintah-perintah agama. Carilah waktu dan kesempatan yang pas untuk menyampaikan penjelasan tersebut, disesuaikan dengan kemampuan mereka dalam mencerna penjelasan.
Ajarkan kepada mereka keagungan Allah, kebesaran Nabi Muhammad ﷺ. Biarkan mereka mencerna sifat kasih sayang Allah dan juga jelaskan tentang karunia Allah yang sangat melimpah yang diberikan di dunia dan yang akan diberikan di akhirat kelak. Usahakan supaya kasih sayang Allah itu selalu diingat oleh anak-anak.
Setelah itu mulailah mereka diberi pengertian tentang mengapa Allah Swt menurunkan perintah dan larangan kepada manusia dan mengapa para nabi diutus oleh Allah, jelaskan bahwa semua itu dilakukan oleh Allah karena demi kepentingan manusia, karena kasih sayang-Nya kepada manusia. Dan demi kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Jadi manusia-manusia yang ingin mendapatkan kebahagiaan sejati mau tidak mau harus melaksanakan aturan-aturan Allah.
Tahap kedua adalah tahapan mendisiplinkan anak-anak untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban agama. Pendidik dan orang tua tidak usah menunggu sampai mereka mencapai usia balig. Mereka harus segera menyuruh anak-anak untuk mengerjakan perintah-perintah Allah, begitu diketahui ada kemauan dalam diri mereka.
Tentu saja harus juga diperhatikan kemampuan fisik anak-anak dalam menjalankan perintah-perintah agama, jangan bebani mereka dengan hal-hal yang di luar kemampuan fisik. Jadi biarkanlah mereka mempelajari tata cara salat dari orangtua mereka terlebih dahulu dan jangan paksa mereka untuk mengucapkan bacaan atau wudhu dengan cara yang benar, biarkan begitu sampai saatnya nanti ketika dirasa sudah saatnya untuk memberikan materi tambahan ajarkan kepada mereka tata cara wudhu dan bacaan al-Fatihah dan surah-surah yang lain dengan cara yang benar secara perlahan-lahan. Setelah anak merasa senang dengan kebiasaan baru tersebut mulailah disuruh melakukan salat ketika usia mereka sudah mencapai 7 atau 9 tahun.
Baca juga: Kedudukan Anak Yatim di Sisi Rasulullah saw
Dengan cara apapun usahakan anak-anak selalu melaksanakan salat. Kalau orang tua sendiri memang sangat memperhatikan salat dan selalu menunaikan tepat pada waktunya maka anak-anakjuga akan senang mengikuti mereka.
Upayakan melaksanakan salat secara berjamaah dengan anak-anak, karena itu sangat memberi motivasi yang sangat besar atau bawalah mereka dalam acara-acara pengajian. Sehingga salat menjadi kebiasaan anak yang tidak akan ditinggalkan lagi.
Selanjutnya sang anak akan terbiasa melaksanakan kewajiban-kewajiban lain, bahkan lebih jauh dari itu mereka akan menyukai melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, memiliki sikap yang baik terhadap orang lain, selalu berusaha menjauhi hal-hal yang diharamkan.
Jangan lupa agar anak sedini mungkin diajarkan untuk membenci perbuatan-perbuatan tercela. Karena kalau hal-hal penting itu jika terlambat diajarkan maka akan sulit bagi kita untuk mengajarkannya.
*Disarikan dari pakar pendidikan Profesor Ibrahim Amini, dalam bukunya Agar Tak Salah Mendidik
Dana Mustadhafin
Comments