Diriwayatkan dari kitab Fadha'il As-Sadar tentang sebuah kisah mengagumkan dari salah seorang yang saleh, yang melihat seorang pandai besi yang meletakkan besi ke tempatnya, kemudian dia mengeluarkan besi yang merah membara itu dengan tangannya dan tidak terbakar. Lalu dia berkata: “Pemandangan ini amat menakjubkan bagiku. Aku penasaran dan ingin menanyakan rahasia kejadian itu”.
Pandai besi tersebut menjawab: “Wahai Fulan, kejadian itu ada kisahnya. Pada suatu hari, datanglah seorang perempuan yang sangat cantik jelita ke tokoku, dia meminta harta yang dapat kunafkahkan untuk kepentingan di jalan Allah (fisabilillah). Namun kecantikan parasnya membuatku ragu dan tercengang. Lalu kukatakan kepadanya: “Aku akan memberikan apa yang kau inginkan bila engkau mau bersamaku ke rumah dan engkau bisa menemaniku.”
Berdirilah bulu kuduk wanita itu ketika mendengarkan ucapanku sambil mengatakan: “Demi Allah, aku bukan tipe wanita yang melakukan pekerjaan itu.”
Baca juga: Buah dari Tawakal kepada Allah Swt
Kemudian dia membalikkan wajahnya dan pergi. Dan sesaat setelah peristiwa itu, perempuan itu datang kembali sambil mengatakan: “Keperluanku sangat mendesak, sehingga aku ingin kembali lagi kepadamu.”
Kemudian bangkitlah aku dari tempatku, dan kututup pintu tokoku, lalu dia kuajak pergi ke rumah. Di rumahku, dia mengatakan kepadaku: ‘Wahai Fulan, aku mempunyai anak-anak yang masih kecil di rumah, yang meronta-ronta karena kelaparan. Mereka menanti kedatanganku penuh kesabaran. Jika engkau memberi sesuatu yang bisa kubawa kepada mereka, akan kukembalikan lagi kepadamu.”
Setelah kuambil perjanjian darinya, kuberikan beberapa dirham kepadanya. Perempuan itu pergi dan kembali lagi beberapa saat setelah itu. Aku bangkit dari tempat dudukku dan kukunci pintu rumahku dengan gembok. Perempuan itu berkata: “Mengapa kau lakukan itu?”
Aku menjawab: “Takut dari manusia.”
Perempuan itu berkata lagi: “Tidakkah kautakut kepada Allah?”
Aku berkata kepadanya: “Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ketika kusebut nama Allah di hadapannya, kupandang wajahnya seperti pohon yang tegak perkasa yang tak mampu digoyahkan oleh tiupan angin yang sangat kencang. Kutanyakan kepadanya mengenai rahasia itu. Perempuan itu menjawab: “Aku takut kepada Allah. Wahai Fulan, lepaskanlah aku untuk berjuang di jalan Allah, dan akan kujamin keselamatanmu dari panasnya api di dunia dan di akhirat.”
Setelah kulihat wajahnya dan kudengarkan ucapannya, keadaanku berubah dan kuambilkan hartaku yang diperlukannya, dan kusedekahkan kepadanya, lalu kukatakan kepadanya: “Pergilah engkau untuk berjuang di jalan Allah.”
Setelah kepergian perempuan itu, aku seakan-akan berada pada suatu kondisi tertentu yang sulit kugambarkan. Aku duduk merenungi peristiwa yang terjadi begitu cepat, yang baru saja terjadi. Dan tertidurlah aku saat itu. Dalam tidur itu aku bermimpi melihat perempuan mulia yang tadi mendatangi diriku. Dia mengenakan tiara bertatahkan permata dan berlian di atas kepalanya, sambil mengatakan: “Wahai Fulan, semoga Allah memberikan pahala kebaikan kepadamu atas apa yang kaulakukan kepada kami.”
Aku pun bertanya kepadanya: “Siapakah sebenarnya engkau ini?”
Dia menjawab: “Akulah perempuan yang kaulepaskan untuk berjuang di jalan Allah. Allah tidak akan membakarmu dengan api, baik di dunia maupun di akhirat”
Setelah itu, aku kembali bertanya kepadanya mengenai nasabnya. Dia menjawab: “Aku termasuk salah satu keturunan Rasulullah ﷺ.”
Ketika terjaga dari tidurku, aku bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepadaku berupa kemampuan untuk mengendalikan diri dan hawa nafsuku. Setelah peristiwa itu aku tidak pernah merasakan panasnya api. Aku berharap kepada Allah untuk diselamatkan dari panasnya api di akhirat nanti.
Dana Mustadhafin
Comments