Pada diri manusia terdapat insting marah, yang kelihatannya termasuk salah satu emosi yang jelek. Padahal, pada dasarnya, marah bukan hanya tidak jelek bahkan pada beberapa keadaan termasuk sesuatu yang diperlukan dalam hidup. Yang jelek ialah marah yang bukan pada tempatnya dan marah yang berlebihan.
Pada bulan-bulan pertama usia anak belum terlihat tanda-tanda emosi marah pada diri anak, namun setelah usia enam bulan ke sana terjadi perubahan pada perilaku anak dan akan tampak tanda-tanda adanya emosi marah pada dirinya. Pada akhir tahun pertama anak akan menunjukkan lebih banyak lagi emosi marah.
Anak yang sedang marah warna kulit wajahnya memerah, menangis, berteriak, memukul-mukulkan kakinya ke tanah, berguling-guling di tanah, jika di tangannya ada sesuatu ia akan melemparkannya, memukul-mukul wajah ayah, ibu atau saudaranya. Emosi marah anak dapat terjadi karena beberapa sebab:
Orang tuanya bersikeras tidak memenuhi keinginan dan permintaannya.
Kurang tidur dan terlalu lelah.
Perlakuan berbeda dalam anggapannya yang dilakukan ayah dan ibu di antara ia dengan kakak atau adiknya.
Adanya rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dirasakan anak dan tidak adanya perhatian ayah dan ibu untuk menghilangkan rasa sakit itu.
Mainan, sepatu atau pakaiannya dipakai atau diambil oleh anak lain.
Anak dipaksa melakukan pekerjaan yang tidak disukainya.
Pada kondisi-kondisi tersebut anak menjadi marah dan menampakkan kemarahannya dengan berbagai cara. Lantas, jika ia mendapatkan hasil dari tindakannya ini maka insting marahnya pun akan bertambah kuat dan akan berubah menjadi watak baginya. Oleh karena itu, sejak masa kanak-kanak ayah dan ibu harus berpikir untuk mengontrol dan menyeimbangkan insting marah anaknya.
Sebagai contoh, ia harus berusaha semaksimal mungkin mencegah terjadinya sebab-sebab yang akan memicu kemarahan anak atau berusaha meredakan rasa marahnya jika sudah terjadi, menyuruhnya istirahat dan tidur tepat pada waktunya, memperhatikan air susu, makanan dan pakaiannya, menjauhi sikap perlakuan berbeda, berusaha menghilangkan segala hal yang mengganggunya. Jangan biarkan anak-anak lain memakai atau memainkan mainan dan pakaiannya, dan memenuhi permintaannya yang masuk akal dan dapat dipenuhi.
Akan tetapi, jika anak meminta sesuatu yang tidak pada tempatnya atau meminta sesuatu yang tidak dapat dipenuhi, lalu ia marah dan berteriak-teriak, dengan tujuan supaya keinginannya dipenuhi, di sini orang tua harus bertahan tidak memenuhinya karena jika tidak niscaya ia akan terbiasa dengan perilaku buruk ini, dan di masa depan untuk mencapai tujuannya ia akan selalu menggunakan cara ini.
Seorang ilmuwan mengatakan: “Pada usia dua belas bulan seorang anak sudah tahu perkara yang baik dan perkara yang buruk. Pada saatsaat tertentu terkadang ia marah, dalam keadaan ini langkah terbaik dalam menghadapinya ialah dengan tetap menjaga sikap tenang. Anda bisa keluar dari kamar dengan tenang dan membiarkannya sendirian, dengan begitu dengan cepat sikap marahnya akan mereda, karena tidak ada orang di sisinya yang memperhatikannya.” (Awwalin Sal e Zendeghi, hal, 132)
*Disarikan dari buku Agar Tak Salah Mendidik - Ayatullah Ibrahim Amini
Comments