Allah Swt memerintahkan kepada para nabi-Nya untuk tidak meminta upah kepada manusia atas penyampaian risalah yang mereka sampaikan, dan bahwa upah mereka hanyalah dari Allah Swt sebagaimana dikatakan Alquran: Dan (dia berkata), “Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepadamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah Swt.” (QS. Hud : 29)
Katakanlah, “Upah apa pun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanya dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Saba: 47)
Adapun berkenaan dengan Rasulullah Saw, dalam masalah ini Allah Swt berfirman di dalam Kitab-Nya yang mulia: “Katakanlah, ‘aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas risalah yang aku sampaikan kecuali kecintaan kepada keluargaku.” (QS. Asy-Syura: 23)
Kata al-qurba berarti orang yang dekat di dalam nasab. Oleh karena itu ayat yang terakhir berbeda dengan ayat-ayat sejenis sebelumnya, yang datang berkaitan dengan para nabi dan para rasul yang lain.
Dari ayat yang terakhir ini dapat dipahami bahwa mengikuti kerabat Rasullah saw yang mulia adalah masalah penting yang telah diwajibkan oleh Islam, dan telah dianggapnya sebagai bagian dari cabang agama. Rasulullah saw telah menetapkan kepada kita siapa-siapa saja yang termasuk kerabatnya, dan beliau mengkhususkan hanya pada itrah-nya. Beliau menggambarkan mereka sebagai satu benda yang berat dan berharga, yang sebanding dengan Alquran.
Baca juga Islam, Agama yang Sempurna
Rasulullah saw telah bersabda di dalam hadis tsaqalain, yaitu sebuah hadis yang mempunyai lima ratus sanad, dan terhitung sebagai sebuah fenomena sejarah yang tidak diragukan. Hadis itu berbunyi: “Sesungguhnya aku tinggalkan padamu dua benda yang sangat berharga (tsaqalain), yaitu Kitab Allah dan ‘itrah-ku Ahlulbaitku. Jika kalian berpegang teguh kepada keduanya maka kalian tidak akan sesat selama-lamanya, dan keduanya itu tidak akan pernah berpisah, hingga keduanya menjumpaiku di telaga.”
Rasulullah saw telah menjelaskan kepada kita kedudukan keluarga sucinya, melalui hadis-hadis yang mutawatir. Beliau menyebut mereka sebagai jalan kebebasan, pintu keselamatan, dan cahaya petunjuk. Juga mewajibkan kita untuk mencintai dan menaati mereka. Beliau bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan Ahlulbaitku di sisimu tidak ubahnya seperti bahtera Nabi Nuh. Barang siapa yang memasukinya maka dia selamat dan barang siapa yang menyalahinya maka dia karam.”
Baca juga Siapakah yang Berhak Menerima Khumus?
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa barang siapa menginginkan kebahagiaan maka dia harus melalui jalan Ahlulbait sepeninggal Rasulullah saw, yang mana mereka adalah pintu ilmu, tali yang terjulur di antara langit dan bumi, dan jalan yang lurus yang mendorong manusia kepada kemenangan dan keselamatan.
Comments