top of page

Kalimat Tauhid, Membebaskan Manusia dari Bergantung Kepada Selain Allah



"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku”. (QS. Al-Anbiya': 25)


Setiap nabi yang diutus oleh Allah Swt sebagaimana disebutkan Al-Quran adalah untuk mendeklarasikan keesaan Allah Swt dengan seruan kalimat tauhid “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Nabi Muhammad Saw pada waktu pengangkatannya sebagai nabi pun mengatakan, "Katakanlah, ‘Tiada tuhan selain Allah,' agar kamu beroleh keberuntungan."


Tauhid berarti mengesakan Tuhan. Tauhid merupakan pokok keyakinan yang paling mendasar dan syiar terpenting Islam. Ajaran pertama yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad Saw untuk masyarakat adalah keyakinan tentang keesaan Tuhan, yang dituangkan dengan kalimat La Ilaha Illallah (tidak ada Tuhan selain Allah). Semua ajaran-ajaran keyakinan, akhlak dan fikih Islam bermuara kepada tauhid. Kaum muslimin setiap hari dalam azan dan salat mereka, bersaksi akan keesaan Allah Swt dengan mengucap kalimah tauhid.



Sayidina Ali Ar-Ridha ra diriwayatkan berkata: “Jika kalimat (La Ilaha Illallah) ini dipraktikkan dengan syaratnya maka akan menjadi tempat pelindung dan benteng keamanan Allah. Pada dasarnya pondasi agama adalah ma'rifah kepada Allah, yakni mengesakan-Nya dan ini juga merupakan ibadah kepada Allah”.


Jelas bahwa tidak ada sesuatu yang layak disembah kecuali Allah Swt dan tidak ada tuhan dan sesembahan selain-Nya. Seorang muwahhid adalah orang yang menyebut Allah Swt sebagai Tuhan dan juga sebagai khaliq (pencipta), juga pengatur semesta, pengatur syariat, Tuhan dan sesembahan dan karena meyakini ketuhanan dan keesaan dalam ketuhanan berada di akhir tahapan (tauhid uluhiyyah) dan mencakup semua tahapan qalbi (hati), dengan demikian dalam Islam, La Ilaha Illallah merupakan syiar tauhid dan jalan kebahagiaan dan kesuksesan.


Tauhid berperan membebaskan manusia dari berbagai hal yang akan menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan, tauhid membebaskan manusia dari bergantung kepada selain-Nya. Tauhid juga membebaskan manusia agar manusia bisa menegakkan keadilan, kesetaraan dan penghormatan kepada makhluk Allah lainnya. Kesetaraan, keadilan, dan kesejahteraan sosial adalah konsekuensi logis dari hanya meng “ilahkan” Allah Swt semata. Surat al-Hujurat ayat 13 mempertegas kesetaraan manusia dalam Islam, di mana suku, ras, jenis kelamin, kebudayaan hanya untuk saling “mengenal” dalam arti yang luas, dan hanya ketakwaan yang membedakan manusia di mata Allah.


Kesetaraan melahirkan penghormatan kepada makhluk yang berjiwa. Apabila seseorang dibunuh dengan tidak melalui pengadilan yang adil maka pembunuh tersebut sama saja dengan membunuh manusia sedunia. Kesetaraan terhadap manusia akan melahirkan keadilan dan kesejahteraan di dalam masyarakat.



Filsuf Islam baik Iqbal maupun Ali Syariati banyak berbicara tentang pentingnya manusia yang terbebaskan dari keterbelengguan manusia oleh dunia, atau berhala ciptaannya. Iqbal dan Syariati menempatkan Insan Kamil dan Raushan Fikr sebagai hasil Tauhid yang sempurna, yang hanya terhubung dengan Tuhan Yang Esa dan Mahakuasa. Manusia yang bertauhid adalah manusia yang sudah terbebaskan dari penjara Alam, penjara sejarah, penjara masyarakat dan penjara egonya.


Comments


bottom of page