top of page

Cara Menanggulangi Penyimpangan pada Anak


Manusia adalah makhluk yang peka dan sensitif. Sensitivitas ini sangat berkaitan erat dengan tingkat pemikiran dan perasaannya, terutama pada anak-anak. Mereka yang merasa bahwa dirinya berada dalam kekurangan akan menunjukkan bahwa dirinya mengharapkan berbagai hal, namun tak berhasil meraihnya sehingga merasa sedih dan kecewa. Untuk mewujudkan apa yang diinginkan, boleh jadi mereka akan melakukan berbagai tindakan menyimpang. Semua itu mereka lakukan untuk meringankan beban berat dalam jiwanya.


Namun, sebenarnya terdapat berbagai masalah lainnya yang perlu disebutkan. Yakni, jika ingin mengetahui asal-usul berbagai penyimpangan tersebut, maka kita harus menelusuri kebudayaan, tingkat pendidikan, moral, cara berpikir, dan ideologi keluarganya. Setelah itu, baru kita dapat meneliti bentuk­bentuk kelainan jasmani, ruhani, dan cara berpikir anak-anak tersebut.



Untuk menanggulangi berbagai penyimpangan dan penyelewengan anak mestilah dilakukan suatu penanganan yang serius dalam upaya mencari akar permasalahannya. Juga, diperlukan pendidikan dan pembinaan dalam jangka panjang. Pada umumnya, hasil pendidikan dan pembinaan tersebut akan nampak setelah bertahun lamanya, bukan sekarang ini. Oleh karena itu, selain menyusun program untuk masa sekarang, kita juga mesti memikirkan masa yang datang. Langkah­-langkah yang harus disusun dan dilaksanakan dalam upaya penanggulangan tersebut, di antaranya:


1. Memperkuat dasar-dasar akhlak


Kuatnya dasar-dasar akhlak akan mampu mencegah munculnya berbagai sikap dan perbuatan yang mengarah pada penyimpangan. Bila tidak memiliki dasar dan fondasi akhlak yang kuat, mereka akan mudah tergelincir dalam berbagai bentuk perbuatan menyimpang.

Pada dasarnya, pendidikan moral merupakan salah satu tugas utama orang tua terhadap anak-anaknya. Selain pula, merupakan hak setiap anak. Akhlak merupakan penjamin bagi munculnya berbagai sikap dan perbuatan terpuji. Kita dapat mengajarkan pendidikan akhlak pada anak­anak melalui kisah dan dongeng serta dengan mengenalkannya pada tokoh dan figur tertentu. Dengan demikian, kita telah menanamkan dasar-dasar akhlak dalam jiwanya.



2. Memanfaatkan kekuatan agama


Jiwa manusia memiliki kecenderungan terhadap agama, peribadahan, dan doa. Fitrah manusia cenderung menerima berbagai ajaran dan peraturan keagamaan. Ya, manusia diciptakan sedemikian rupa sehingga memiliki daya tarik ke arah agama. Keyakinan akan keberadaan Allah dan hari pembalasan, biasanya tampak dengan jelas pada anak-anak yang berumur tujuh sampai 10 tahun. Dengan berlalunya waktu, disertai usaha orang tuanya, akan muncullah tunas keimanan dalam jiwanya, yang akan terwujud dalam amal perbuatannya.



3. Memperkuat keberanian.


Dalam beberapa kasus, anak-anak terjerumus dalam penyimpangan moral lantaran tak memiliki kekuatan untuk berdiri tegar dalam menghadapi dan menolak berbagai perbuatan buruk yang menyesatkan. Atau, mereka merasa minder dan tak mampu menolak ajakan orang­orang yang memaksanya melakukan berbagai perbuatan tercela, bahkan mereka akan merasa berat kalau-kalau nantinya dikucilkan teman-temannya. Itu karena anak tersebut tidak memiliki ketegaran dan keberanian untuk menolak dan menentang ajakan buruk teman-temannya itu.



Dan orang tualah yang sebenarnya mampu mengubah keadaan anak-anak tersebut menjadi berani menolak dan menentang ajakan itu dan bersikap tak peduli meskipun dikucilkan. Dengan begitu, mereka akan selalu menjaga dan mempertahankan kehormatannya serta senantiasa menjauhkan diri dari berbagai perbuatan tercela.


4. Mengenali kedudukan pribadi


Di antara penyebab munculnya perbuatan buruk dan menyimpang seseorang adalah tidak diketahui dan tidak disadarinya posisi dan kedudukannya sendiri. Ini sebagaimana yang dikatakan Imam Muhammad al-Jawad a.s.: “Siapa saja yang meremehkan dirinya, maka takkan aman dari kejahatannya.” Oleh karena itu, kita mesti menjelaskan dan menyadarkan mereka akan posisi dan kedudukannya.


5. Mengisi waktu


Adakalanya, perbuatan buruk dan menyimpang muncul akibat tak dimilikinya aktivitas, kesibukan, dan pekerjaan. Mereka tak tahu cara memanfaatkan waktu dan membuat kesibukan. Sebagian besar waktu anak memang dihabiskan di sekolah. Namun mesti juga dipikirkan waktu kosong mereka ketika di rumah. Itu dapat dimanfaatkan dengan keterampilan tangan, bermain dengan teman-teman yang baik, bertamasya atau berekreasi, ikut serta dalam aktivitas sosial, hadir dalam majelis-majelis yang tepat, dan seterusnya. Waktu mereka harus diisi penuh dengan acara dan kegiatan, sehingga tak ada kesempatan untuk melakukan berbagai perbuatan buruk dan menyimpang.


6. Pengawasan pergaulan


Di antara penyebab munculnya kerusakan moral adalah pergaulan dengan orang-orang yang tak bermoral, anak-terutama jika pada usia mumayyiz dan remaja akan merasa bebas dan terlepas dari berbagai belenggu dan ikatan. Mereka beranggapan bahwa dirinya bebas bergaul dan berteman dengan siapa pun, yang menyulitkan adalah ketika mereka bergaul dengan orang-orang yang tak bermoral dan tak berpendidikan.


Orang tua mestilah secepat mungkin menggunakan metode yang tepat dalam mengawasi dan mengontrol pergaulan anak. Ya, mereka harus mengawasi teman-temannya, berusaha mencarikan teman-teman yang baik, mengantarkan anak ke rumah temannya atau mengundang temannya datang ke rumah dan bermain bersama si anak. Dengan begitu, akan muncul persahabatan di antara mereka sehingga akhirnya si anak memiliki akhlak yang terpuji.



7. Melenyapkan berbagai perasaan negatif


Kita mengetahui bahwa banyak perasaan negatif yang ada dalam jiwa, yang akan mendorong manusia untuk melakukan berbagai penyimpangan dan perbuatan buruk. Misal, merasa gagal, merasa hina dan rendah diri, merasa berdosa, merasa dihina atau direndahkan, dan seterusnya. Semua itu merupakan sarana bagi munculnya berbagai bentuk pembangkangan, pelanggaran, dan penyimpangan.


Mesti dilakukan upaya sungguh-sungguh untuk melenyapkan berbagai perasaan negatif yang menghantui diri sang anak sehingga ia tidak sampai tumbuh menjadi orang yang mudah putus asa dan rendah diri. Dalam benaknya jangan sampai muncul gambaran bahwa dunia ini penuh dengan penipuan dan penghinaan. Ia mesti memiliki prinsip bahwa dirinya bertanggung jawab untuk memanfaatkan dunia ini demi pertumbuhan dan perkembangannya. Sang Anak mesti memiliki rasa bangga dan percaya diri serta mampu berdiri tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup, sehingga dapat berjalan dengan tegak dalam mengarungi kehidupan ini.


8. Nasihat dan kasih sayang



Pada dasarnya, manusia cenderung pada kebaikan. Dirinya akan menerima dan mendengarkan nasihat baik orang lain dan akan selalu berusaha memperhatikan dan mengamalkannya. Kecenderungan semacam ini dimiliki setiap orang. Yakni, seseorang akan menerima nasihat dari siapa saja bila yang menyampaikan nasihat memiliki niat dan tujuan yang baik. Apalagi bila yang menyampaikan nasihat tersebut adalah orang tuanya, tentu sang anak akan lebih mudah untuk menerimanya. Sebab, si anak telah merasakan sendiri kasih sayang dan ketulusan sang ibu. Dengan demikian, nasihat tersebut akan semakin melekat kuat dalam dirinya.


*Disarikan dari buku karya Dr. Ali Qaimi - Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak

Comments


bottom of page