top of page

Cahaya pada Wajah Suci Sang Nabi



Dikisahkan Rasulullah ﷺ mendatangi rumah putrinya Sayidah Fatimah Zahra ra. Rasulullah begitu diperlakukan istimewa oleh putrinya, hingga Rasul menamainya Ummu Abiha (ibu dari ayahnya).


Orang tua pada umumnya menghargai dan lebih menyukai pelayanan dari anak-anaknya dibandingkan pelayanan dari orang lain atau bahkan seorang pembantu. Dan ini tentu tidak ada bandingannya perasaan orang tua ketika merasakan perhatian dan kasih sayang dari anak-anaknya sendiri.



Ketika nabi sampai di hadapannya, Sayidah Fatimah memberikan selimut untuk ayahnya. Fatimah terus menatap dan memandangi ayahnya seraya menyelimuti tubuh sang ayah tercinta.


Menurut adab dalam Islam, memandangi wajah orang tua dan terus-menerus melakukannya sangatlah disunahkan. Di sisi lain, diriwayatkan bahwa siapa pun yang memandang orang tuanya dengan perasaan jijik, maka amalnya tidak akan diterima sedikit pun oleh Allah Swt. Dengan mengingat hal itu, bayangkan jika ayah seseorang adalah nabi Allah, bahkan penutup para nabi dan makhluk sempurna.


Disunahkan juga untuk memandang wajah seorang ulama atau bahkan sekadar memandangi kediamannya. Dari hadis ini dapat kita mengerti bahwa memang ada dampak positif yang diperoleh dari memandang wajah seorang ulama atau pun wajah orang tua, dan dampak itu tidak terbatas pada aspek material, melainkan juga spiritual dan dapat bertahan lama.



Lebih dari sekadar mengamati wajah ayahnya, Fatimah Zahra mengamati bahwa wajah Nabi ﷺ berseri-seri laksana bulan purnama. Ketika memandangi wajah ayahandanya pikiran Sayidah Fatimah Zahra tersita dan tertawan oleh keindahan dan kecemerlangan wajah ayahnya. Dia tahu betul ayahnya berbeda dengan ayah atau pun pria lain; ayahnya adalah makhluk sempurna dan penutup para nabi yang menyampaikan wahyu terakhir kepada seluruh manusia hingga akhir zaman.


Kata-kata tidak mampu menerangkan pengamatan Fatimah Zahra tatkala memandang wajah Rasulullah ﷺ. Beliau yang diberkahi senantiasa berseri dengan cahaya yang sama dengan cahaya bulan purnama.


Sesungguhnya sinar cemerlang dari wajah Nabi saw itu lebih hebat dibandingkan bulan purnama yang gemerlapan di malam purnama yang sempurna, namun harus dicatat bahwa keindahan ini hanya dapat dikenali oleh mereka yang memiliki mata hati yang mampu mengenali keindahan semacam itu.


Dana Mustadhafin

Comments


bottom of page