top of page

Beramal di Masa Pandemi Jalan Meraih Kunci Surga

Oleh: Abu Mustafa

Perumpamaan kaum mukminin dalam hal jalinan kasih sayang, kecintaan dan kesetiakawanan, sama seperti satu tubuh, yang bila salah satu anggotanya mengeluh karena sakit, maka seluruh anggota tubuh lainnya menunjukkan simpatinya dengan turut berjaga menanggung perih dan sakit yang sama …(hadis Nabi saw, riwayat Bukhari dan Muslim).


Hari-hari belakangan ini, kehidupan umat manusia sedang dirundung oleh kecemasan yang begitu dalam dan berat. Pandemi Covid-19 menjadi semacam hantu yang setiap saat mengintai kehidupan umat manusia dengan ancaman kematian. Seluruh dunia telah terpapar dahsyat, ada puluhan juta yang menjadi korban dan sedang dirawat di berbagai fasilitas kesehatan, jutaan jiwa telah meninggal dunia.


Selain dampak kesehatan, pandemi Covid-19 juga sangat berpengaruh pada kondisi ekonomi masyarakat. Sekian banyak pekerja yang diberhentikan dari pekerjaannya, berbagai sektor kegiatan ekonomi masyarakat dibatasi, pembatasan kegiatan di luar rumah dan lain sebagainya membuat masyarakat kehilangan banyak kesempatan dan peluang untuk mendapatkan income untuk kebutuhan keluarga.


Dalam situasi demikian sebetulnya ada banyak pesan moral dan agama yang dapat membantu manusia keluar dari berbagai kesulitan tersebut. Umat Islam sebagai bagian terpenting dari bangsa ini dengan jumlahnya yang besar sesungguhnya dapat memberi kontribusi dengan turut membantu melalui intrumen yang disyariatkan Allah Swt, berupa zakat, infak, shadaqah atau bentuk bantuan lainnya secara tulus dan ikhlas. Selain tentu saja dengan terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui bimbingan ritual keagamaan seperti, misalnya dengan mengamalkan doa-doa, zikir dan bentuk ritual lainnya. Hal tersebut adalah bentuk nyata yang dapat disumbangkan pada upaya pencegahan penyebaran penyakit Covid-19 maupun pada upaya untuk membantu sesama dalam mengatasi problem ekonomi keluarga dan masyarakat.


Sudah saatnya umat Islam melihat pengertian dan makna ibadah tidak sebatas ritual belaka atau mahdhah. Umat Islam sudah seharusnya mulai melirik dan fokus pada upaya pemberdayaan dan amaliah sosial, seperti: pengentasan kemiskinan, kebodohan, penyakit menular, kelaparan, kesengsaraan dan berbagai kesulitan hidup yang sedang mendera kehidupan sesama anak manusia.


Disamping kita harus tetap berusaha khusyu’ dalam rukuk dan sujud kita, tenggelam dalam munajad dan zikir yang panjang, pada saat yang sama kita juga harus semakin peka dan memiliki emphati terhadap tubuh-tubuh yang semakin rapuh yang tergeletak sakit tak berdaya di rumah-rumah para fakir dan miskin, mulut-mulut kecil dari anak-anak kurang mampu yang kekeringan dan kelaparan. Ada ribuan anak-anak kurang mampu yang terpaksa menelan cita-citanya hanya karena tidak mampu membayar uang sekolah. Ada banyak anak-anak yang menjual keyakinan agama dan moralnya kepada pihak-pihak lain yang datang ”menawarkan kasihnya”.


Islam banyak sekali mengajarkan kepada manusia tentang pentingnya memperhatikan nasib sesama manusia. Baik itu menyangkut kehidupan sosial, ekonomi, budaya untuk kepentingan hidup di dunia hingga hal yang terkait dengan tolong-menolong dalam kehidupan akhirat.


Alquran menyindir orang-orang yang ketika diberi kekayaan, kesejahteraan hidup secara materi, lalu merasa dimuliakan Allah Swt dan ketika diberi kemiskinan mengira bahwa Allah Swt sedang menghinakannya. Sebetulnya tidaklah demikian. Semua pemberian Allah Swt sebetulnya adalah bentuk lain dari kasih sayang Allah berupa ujian. Apakah dengan kekayaan tersebut tidak membawanya lupa diri sehingga menjadikannya sebagai manusia yang kikir (bakhil) dan tidak mau mengeluarkan sebagian hartanya dengan memenuhi hak-hak fakir miskin, anak yatim dan lain-lainnya. Semua itu ujian untuk menunjukkan kualitas manusia sebagai hamba Allah Swt.


Katakanlah (Muhammad), “Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendahraan itu kamu tahan, karena takut mengeluarkannya.” Dan manusia itu memang sangat kikir (Q.S. 17: 100).


Banyak dan sedikitnya harta tidak menentukan seseorang menjadi dermawan ataupun kikir. Berapa banyak orang yang kaya raya tetapi pelit. Dan berapa banyak orang yang hartanya pas-pasan tapi tidak punya beban ketika berbagi. Sementara harapan fitrah manusia terhadap kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat begitu besar.


Kedermawanan adalah kunci utama bagi setiap manusia untuk meraih kebahagiaan dan keberuntungan. Sebagaimana sifat kikir kedermawanan adalah bentuk-bentuk dari karakter manusia dalam mengelola hidupnya dengan karunia yang telah diperoleh dari Allah Swt. Karakter manusia adalah sesuatu yang dapat dibentuk dan diarahkan. Melakukan sesuatu secara berulang-ulang dan berkelanjutan, akan menjadikan manusia terbiasa dan akrab dengannya sedemikian sehingga seseorang tidak lagi merasa ada beban dalam melakukannya. Misalnya seseorang yang terbiasa berbicara jujur maka kejujuran itu menjadi sesuatu yang menjadi bagian dari seluruh tutur kata dan tindakannya. Demikian halnya dengan membiasakan diri dalam bersedekah, berinfak, membantu orang lain.


Beramal sebetulnya ada banyak bentuk pilihannya. Dan setiap bentuk amal shaleh memiliki perluang untuk mendapat nilai terbaik di sisi Allah Swt. Bahkan manusia diperintahkan oleh Allah Swt untuk memperluas dan memperbanyak amal-amal shaleh sebagai bentuk dan cara manusia dalam membangun harapan akan masa depannya. Allah Swt menyebutkan dalam Alquran bahwa manusia pada dasarnya hanya boleh berharap pada apa yang telah diusahakannya.


“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya dan sesungguhnya usaha tersebut kelak akan diperlihatkan (kepadanya).” (Q.S. 53: 39-49).


Dengan demikian manusia sebetulnya mempunyai peluang yang besar dan luas untuk mendapatkan kunci-kunci surga. Hanya saja kita tidak tahu pada amalan apa yang telah manusia lakukan Allah Swt meletakkan dan menjadikannya sebagai alasan untuk menyerahkan kepada hambaNya kunci surga tersebut.


Mungkin saja baktimu kepada orang tua dan kerelaan mereka kepadamu….. Mungkin saja pemberian maafmu kepada orang-orang yang telah menyakitimu…. Mungkin saja belas kasihmu kepada kaum fukara dan masakin…. Mungkin saja pada kedermawananmu kepada mereka yang membutuhkan bantuan…. Mungkin juga pada penghormatan dan jamuanmu kepada para tamu yang datang ke rumahmu….. Mungkin juga karena engkau memasukkan kebahagiaan di hati saudara-saudaramu… Mungkin juga ketika engkau melawan lelah dan kantuk demi menunaikan shalat-shalat malammu….. Mungkin juga ketika engkau pasrah dan rela dalam menerima seluruh ketentuan Allah dalam hatimu…. Bahkan mungkin juga hanya karena senyumu yang ramah dihadapan saudara-saudaramu.


Islam memberikan peluang yang begitu banyak bagi manusia untuk meraih kebahagian dunia dan akhirat. Sebagai amal sosial, infak, sedekah, membantu orang yang sedang membutuhkan memiliki porsi dan penekanan yang begitu kuat dan jelas. Karena itu berbagai metode dan penjelasan yang disebutkan untuk mengairahkan manusia agar mau berbagi dan memperhatikan nasib sesamanya yang ada disekitarnya. Sedemikian hingga Allah Swt dalam Alquran menggunakan kata “Pinjamilah Aku”, sebagai jaminan bahwa setiap harta yang engkau berikan kepada orang lain adalah pinjamanmu kepada Allah Swt yang berarti pasti akan digantikan.


Secara sekilas, ketika seseorang yang akan berinfak, bersedekah, membantu sesama manusia sangat perlu memperhatikan syarat dan ketentuan dalam menentukan sasaran dan tujuannya (objeknya), antara lain:


Pilihlah pemberian yang layak dan baik untuk dibagikan.


Berikanlah sesuatu itu yang senilai dan setara dengan kebutuhanmu.


Utamakan pemberianmu kepada mereka yang paling membutuhkan.


Usahakan agar pemberianmu dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tanpa diketahui orang lain.


Jangan sertakan dalam setiap pemberianmu dengan mengungkit-ungkitnya dan dapat menyakiti hati yang menerimanya, Ikhlaskan hatimu hanya untuk meraih ridha Allah Swt. Jangan pernah menganggap bahwa pemberianmu berasal dari dirimu, tetapi semua itu adalah berkah dan karunia dari Allah Swt.


Jagalah agar sedekahmu berasal dari sesuatu yang halal dan thayyibah.


Pada akhirnya peluang setiap manusia untuk meraih hidup yang bahagia, selamat dunia dan akhirat, khususnya pada masa-masa sulit seperti sekarang, di masa pandemi Covid-19 ini adalah memastikan bahwa hanya iman dan amal shalehlah yang menjadi barometernya. Itulah jalan yang ditunjukkan Allah Swt kepada setiap umat manusia untuk meraih kedekatan kepadaNya yang denganNya manusia dapat meraih kunci-kunci surga.



Comentários


bottom of page