Dahulu, Lukman al-Hakim adalah budak seseorang. Tuannya adalah seorang manusia yang baik dan termasuk orang yang meyakini Allah, akan tetapi sayangnya tuannya itu seorang yang lalai.
Ketika malam hari Lukman al-Hakim bangun dari tidurnya untuk mengerjakan salat malam. Namun, ia merasa heran kepada tuannya yang mengaku beriman kepada Allah namun tidak terlihat tanda-tanda hendak bangun untuk mengerjakan salat malam. Lukman pun pergi dan berkata kepada tuannya: “Tuanku, bangunlah dari tidur, marilah kita sama-sama mengerjakan salat malam. Karena kafilah orang-orang yang salat tidak akan lalai dari pahala dan ganjaran Allah. Oleh karena itu, bangunlah wahai tuanku!”
Tuannya menjawab, “Saya masih ngantuk, biarkan saya tidur sesaat lagi, nanti saya akan bangun, karena sesungguhnya Allah Maha Penyayang.”
Begitu pula ketika mendekati waktu subuh. Lukman pun membangunkan lagi. Dan tuannya menjawab lagi: “Tinggalkan saya, karena sesungguhnya Allah Maha Penyayang.”
Akhirnya tuannya itu bangun setelah sinar matahari menyorot dirinya. Lalu ia memberikan biji gandum kepada Lukman sambil berkata: “Pergilah ke ladang, dan tebarkanlah biji gandum ini di sana.”
Lukman kemudian bermaksud memberi pelajaran kepada tuannya. Lukman pergi ke ladang namun ia tidak menanam biji gandum, tapi biji bulgur. Lalu dia pulang dan memberitahukan apa yang dilakukannya kepada tuannya. Mendengar itu tuannya berkata kepadanya, “Apakah engkau gila dengan apa yang kamu lakukan?”
Lukman menjawab: “Sesungguhnya Allah Maha Penyayang. Saya lihat gandum itu harganya mahal sementara bulgur harganya murah maka oleh karena itu saya berpikir untuk menanam bulgur, sementara nantinya kita akan menuai gandum, karena sesungguhnya Allah Maha Penyayang.”
Tuannya marah dan bertanya kepadanya: “Dari mana kamu belajar ini?”
“Dari Tuan,” jawab Lukman tenang. “Karena Anda tidur sepanjang malam dan tidak bangun untuk mengerjakan shalat Subuh, sementara Anda mengatakan 'Sesungguhnya Allah Maha Penyayang, dengan itu Anda berharap mendapat surga, keridaan Allah dan bidadari Mahsyar pada Hari Kiamat,” lanjut Lukman.
Dengan demikian sebenarnya apa yang akan kita tanam dalam hidup ini akan berbuah kemudian.
*Disadur dari buku Meraih Cinta Ilahi - Ayatullah Ibrahim Amini
Comments