top of page

Allah Swt telah Menjamin Rezeki Semua Makhluk


Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS. al-Hud: 6)


Semua makhluk yang ada di dunia ini telah diberikan rezekinya masing-masing oleh Allah Swt sesuai dengan potensinya. Tumbuh-­tumbuhan memperoleh rezeki dari bumi, dan dia hanya bisa memanfaatkan bahan-bahan pertama, yaitu berupa air, tanah, cahaya, dan udara, dan seukuran itu pula perlengkapan untuk memanfaatkan rezeki diberikan kepadanya, dan seukuran itu pula dia mendapat petunjuk untuk bisa menyampaikan dirinya kepada rezekinya. Artinya, pada alam, kewajiban untuk bergerak ke arah bahan-bahan makanan telah diletakkan ke atas pundaknya, dan seukuran kebutuhannya pula diberikan perlengkapan dan petunjuk kepadanya.



Allah Swt berfirman: "Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan." (QS. al-A'raf: 57)


Binatang telah diciptakan dalam bentuk yang lain, yaitu di mana bahan-bahan pertama bumi, yang terdapat di semua tempat, tidak mencukupi baginya. Kepada mereka diberikan perlengkapan untuk bisa pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Binatang tidak seperti tumbuh-tumbuhan yang mana kaki mereka tertanam di tanah. Perlengkapan petunjuk mereka juga sudah jauh lebih diperkuat. Kepada mereka diberikan indra dan kehendak.


Di bawah kepemimpinan indra dan juga dorongan keinginannya, binatang berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, sehingga mereka dapat memperoleh bahan­bahan kedua yang tidak ada di semua tempat. Yang dimaksud dengan bahan-bahan kedua ialah tumbuh­tumbuhan dan binatang-binatang yang lain. Air yang diperlukan oleh binatang bukanlah air embun tanah, melainkan yang diperlukan adalah air minum. Itu pun tidak ada di semua tempat. Mereka harus pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk memperoleh air minum. Binatang tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi udara dingin dan panas seperti tumbuh­tumbuhan. Binatang memerlukan kandang dan tempat tinggal.



Sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya ini, kepada mereka diberikan indra penglihatan, pendengaran, perasaan, dan peraba. Kepada mereka diberikan berbagai insting yang menakjubkan. Khususnya kepada sebagian serangga, seperti semut, yang di sisi aktivitas­aktivitas yang berdasarkan instingnya sungguh sangat mencengangkan. Berkenaan dengan semut ini Ali as telah berbicara:


“Perhatikanlah semut, meskipun tubuhnya kecil dan bentuknya halus, sehingga hampir tidak terlihat oleh mata dan tidak terpahami oleh pikiran, dia merayap di atas tanah dan menyampaikan dirinya kepada rezekinya. Bagaimana dia memindahkan biji makanan ke sarangnya, dengan lihainya dia menjaga biji makanan itu. Dia mengumpulkan makanan pada musim panas untuk digunakannya pada musim dingin, dan pada saat masuk untuk saat keluar.”


Kemudian Imam Ali as melanjutkan perkataannya “Jika engkau berpikir tentang saluran makanannya dari atas ke bawah, dan juga tentang apa-apa yang terdapat pada usus dan perutnya, begitu juga tentang mata dan telinganya yang terdapat pada kepalanya, niscaya engkau akan merasa terkagum-kagum akan penciptaannya.” (Nahjul Balaghah, Khotbah ke-227)


Ini merupakan contoh dar binatang manakala dilihat dari sisi perolehan rezeki.


Adapun manusia, yang merupakan maujud yang lebih tinggi dan lebih maju, dan yang mana sesuatu yang cukup bagi kehidupan hewan tidak cukup baginya, tentunya masalah perolehan rezekinya memiliki bentuk yang lain. Pada kasus manusia, jarak antara rezeki dan si penerima rezeki bertambah jauh. Oleh karena itu kepadanya diberikan perlengkapan yang lebih banyak. Demikian juga perlengkapan petunjuk yang ada pada wujud manusia lebih diperkuat lagi.


Kepada manusia diberikan akal, ilmu, dan kemampuan berpikir. Demikian dan pula wahyu kenabian datang memberikan bantuan kepadanya dan menetapkan kewajiban baginya. Semua ini merupakan bagian dari Kemaha-Pemberi-rezekian Allah Swt.



Terdapat hubungan antara rezeki dan pemakan rezeki di alam penciptaan ini, dan begitu juga dengan alat-alat perolehan rezeki, alat-alat makan, pencernaan dan alat-alat petunjuk yang membimbing kepada rezeki. Zat yang telah menciptakan manusia di alam ini, dan telah memberikan makanan kepadanya -dan itu artinya Dia juga telah menciptakan bahan makanan di alam ini- maka Dia juga menciptakan daya pikir, kemampuan berbuat, serta kemampuan memperoleh dan melaksanakan kewajiban.


Jadi, keharusan dari Kemaha-Pemberi-rezekian Allah adalah Allah memberi makanan dan juga memberi gigi. Keharusan dari Kemaha-Pemberi-rezekian Allah bukanlah bahwa usaha dan kerja tidak perlu, dan bukanlah pembelaan terhadap hak-hak tidak perlu. Karena, makanan, gigi, kemampuan kerja dan usaha, kekuatan pikiran, dan kewajiban akal dan agama untuk memperoleh rezeki, semua itu merupakan bagian dari satu perlengkapan, dan semua itu merupakan fenomena dari Kemaha-Pemberi-rezekian Allah Swt. Dalam surat an-Najm ayat 39 Allah berfirman: “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.”


Jadi, setelah kita mengetahui hubungan antara rezeki dengan pemakan rezeki, dan juga setelah kita mengetahui telah diciptakannya berbagai alat dan perlengkapan untuk bisa sampainya rezeki kepada pemakan rezeki, dan juga kita mengetahui adanya kewajiban pada diri kita untuk mendapatkan rezeki, maka kita harus berusaha melihat jalan mana yang paling baik dan yang paling selamat untuk sampai kepada rezeki, dan selanjutnya kita mengerahkan kekuatan kita di jalan tersebut, dengan disertai tawakal kepada Allah Swt Pencipta jalan ini.


*Disarikan dari buku Kumpulan Ceramah Syahid Murtadha Muthahhari

Opmerkingen


bottom of page