Manusia, sebagaimana layaknya telah dipilih dan ditakdirkan untuk merangkai sejarah hidupnya hingga akhir zaman, bahkan untuk kepentingan akhiratnya. Dengan itulah manusia dibekali seperangkat potensi agar diaktifasi untuk menjadikannya layak disebut sebagai makhluk paling mulia, melebihi malaikat. Akal, ‘pendengaran’ dan ‘penglihatan’ adalah instrument penting pemberian Allah Swt untuk menjaminkan kehidupan manusia dapat menentukan arah dan perjalanan sejarah hidupnya dalam meraih sukses. Alquran menyebutkan; “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan akal (hati nurani), semua itu akan Kami mintai pertanggungjawaban.” (Q.S. Al-Isra: 36). Ayat ini menegaskan bahwa kemuliaan pada penciptaan makhluk bernama manusia ketika dapat menjadikan instrument indranya berupa penglihatan, pendengaran dan akalnya sebagai petunjuk dan pembimbing dalam menentukan pilihan hidupnya yang terbaik untuk membawanya pada masa depan yang cerah.
Jika manusia merujuk kepada fitrahnya yang suci dan kesempurnaan dirinya, dan jauh dari hawa nafsunya, dia akan dapat mengenal nilai-nilai kemuliaan dan juga mengetahui nilai-nilai kebalikannya. Ilmu pengetahuan sebagaimana fungsinya telah membimbing manusia sepanjang zaman dalam merangkai sejarah dan peradabannya. Oleh karena itu, manusia adalah sebuah hakikat yang bertingkat (bergradasi) sesuai peringkat wujudnya. Pada saat manusia mengatakan, “bobot dan bentuk dirinya”, artinya dia tengah memberitahukan tentang peringkat jasmaninya. Ketika manusia bercerita tentang, “makanan dan pertumbuhan dirinya”, maka dia sedang berbicara tentang bentuk jisim bahimiyahnya (tumbuh-tumbuhan). Ketika manusia mengatakan, “gerak, syahwat dan marahnya”, artinya dia tengah bercerita tentang peringkat kebinatangannya. Pada saat manusia membicarakan, “pikiran dan akalnya”, artinya dia tengah bercerita tentang peringkat kemanusiaannya (kediriannya).
Jadi manusia mempunyai “saya” dan “diri” (kedirian) yang bermacam-macam: diri jasmani, diri tumbuhan, diri kebinatangan, dan diri kemanusiaan. Akan tetapi yang mempunyai nilai dan harga hanyalah “diri kemanusiaan”, yang menjadikan manusia sebagai makhluk termulia dari seluruh makhluk ciptaan Allah Swt.
Kehidupan batin manusia berkembang dan dibentuk melalui perantaraan ilmu dan makrifatnya terhadap masa lalu, sekarang dan akan datang. Karena itu batin (ruhani) manusia merupakan sebuah kehidupan yang sifat nyata dan hakiki. Bersama dengan ilmu dan makrifat yang dimilikinya akan mengantarkannya meniti sebuah perjalanan. Perjalanan yang berujung pada kebahagiaan dan kesempurnaan atau akan berakhir pada kesengsaraan dan kehancuran. Setidaknya ada 3 prinsip dasar yang harus dibangun dan dimiliki dalam menuntun sebuah perjalanan melalui proses pencarian ilmu dan makrifat. Pertama; keyakinan, kedua; moralitas dan ketiga. amal perbuatan.
Pertama, keyakinan (belief) merupakan pernyataan yang tegas mengenai preposisi yang dinillai benar dan merupakan persiapan yang dibangun secara nalar dan sadar untuk berbuat dengan cara yang pasti. Biasanya secara istilah keyakinan terbentuk karena dibenarkan oleh hati (akal), diikrarkan oleh lidah dan dimanifestasikan dengan amal dan tindakan. Keyakinan biasanya terbangun secara subjektif yang kuat dan dalam sehingga menjadikan manusia merangkai jalan yang optimistik dan bertanggungjawab.
Keyakinan juga memberi inspirasi dan peluang bagi manusia untuk selalu dinamis dan kreatif dalam menyikapi segala problem kehidupan. Manusia yang memiliki keyakinan terjauhkan dari kemungkinan frustrasi, kehilangan kendali dan kegagalan dalam hidup. Keyakinan membentuk kompleksitas kesadaran yang motivatif, sedemikian sehingga pikiran dan tindakannya menyatukan prinsip-prinsip nalar logika yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kedua, moralitas (akhlak) adalah tabiat atau sifat seseorang yang melekat pada keadaan jiwa sedemikian sehingga jiwa tersebut menuntun perilaku dan tindakan manusia secara mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan bersifat spontan. Karena itu akhlak adalah seperangkat tindakan/ gaya hidup yang terpuji dan merupakan refleksi nilai-nilai universal dengan motivasi semata mencari keridhaan Allah Swt.
Ketika manusia selalu membiasakan dirinya berperilaku mulia dan benar secara perlahan niscaya akan menjadi malakah (sifat yang melekat) dalam diri dan jiwanya yang akan menjadi bagian dari eksistensinya. Akhlak sangat berpengaruh dalam mengarahkan proses pendidikan, pembinaan dan pembentukan karakter manusia. Islam memberi perhatian yang serius khusus bagi para pencari ilmu dan makrifat. Akhlak adalah menjadi tujuan utama diutusnya para nabi, Nabi Muhammad saw bersabda, “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia”.
Ketiga, amal perbuatan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa salah satu ciri seorang yang beriman adalah, “ciri seorang Mukmin adalah akalnya (pikiran) mendahului tindakannya.” Atau dalam riwayat yang lain disebutkan, “Lidah (mulut) seorang mukmin berada dibelakang akalnya”. Dengan demikian amal perbuatan manusia dapat disebut memiliki kualitas paripurna jika dilakukan berdasarkan ilmu dan makrifat. Bahkan Imam Ali bin Abi Thalib menyebutkan bahwa awal dari keberagamaan adalah makrifat (pengetahuan).
Manusia dapat merepresentasikan dirinya melalui amal perbuatannya. Seseorang disebut dan dikenal sebagai orang baik melalui amal perbuatan yang dilakukannya. Demikian pula, seseorang dikenal buruk dan jahat melalui amal perbuatannya. Pendek kata kualitas hidup manusia dapat dilihat dari amal perbuatannya. Amal perbuatan (saleh) dalam Islam merupakan jalan penyempurnaan ruhani dan taqarrub kepada Allah Swt. dalam Alquran Allah Swt berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki atau perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. An-Nahl : 97).
Dari ayat diatas kita mendapatkan pengetahuan bahwa selain kehidupan di dunia ada kehidupan lainnya yang baru bagi manusia, sebuah kehidupan yang suci dan mulia dengan mendapatkan ganjaran yang abadi atas jalan yang dipilihnya melalui keyakinan-keyakinan, moralitas dan amal perbuatannya.
Ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan niat yang tulus akan memberikan pengaruh bagi kesempurnaan jiwa untuk meraih dan menatap masa depan. Disebutkan dalam Alquran bahwa tujuan dari proses pendidikan adalah agar manusia dapat meraih kehidupan yang suci, keindahan akhirat dan tercapainya kedekatan (qurb) dan perjumpaan dengan Allah Swt. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mengenalkan dan mengorientasi harapan akan masa depan umat manusia yang berujung pada perbaikan. Dengan demikian puncak dari pencapaian ilmu pengetahuan adalah pembentukan karakter dan kepribadian yang luhur akan masa depan kehidupan umat manusia yang terpuji di dunia dan akhirat.
Comentarios