Jumat, 13 Rajab (23 Sebelum Hijrah) Imam Ali bin Abi Thalib as lahir di Mekah. Beliau mendapatkan keistimewaan khusus karena hanya beliaulah manusia yang lahir di dalam Ka’bah. Riwayat tentang kelahirannya di dalam Ka'bah adalah riwayat yang mutawatir karena telah disepakati oleh ulama baik Sunni maupun Syiah. Sebut saja Sayid Radhi, Syekh Mufid, Quthb al-Rawandi, Ibnu Syahr Asyub dan banyak ulama Sunni semisal Hakim Naisyaburi, Hafiz Ganji Syafi'i, Ibnu Jauzi Hanafi, Ibnu Shabbagh Maliki, Halabi, Mas'udi.
Mengenai kelahirannya dikisahkan suatu hari Abbas bin Abdul Muthalib dan sekelompok Bani Hasyim serta yang lainnya, duduk-duduk di depan Ka’bah dan mereka menyaksikan Fathimah binti Asad memasuki Masjidil-Haram. Sebelumnya dia berdiri di sisi Ka’bah, sedang kehamilannya ketika itu sudah sembilan bulan. Dia berkata: “Ya Tuhanku, dengan kebenaran rumah ini dan yang membangunnya (Ibrahim as dan Ismail as), mudahkanlah kelahiran anakku. Di dalam perutku, anak ini selalu berbincang-bincang denganku dan sangat menghiburku. Saya yakin bahwa dia adalah salah satu tanda keagungan dan kebesaran-Mu.”
Tiba-tiba, dinding Ka’bah terbuka dan Fathimah binti Asad masuk ke dalamnya. Selanjutnya, dinding itu tertutup kembali. Orang-orang (di sekitar tempat tersebut) berusaha untuk membuka pintu Ka’bah, akan tetapi mereka tidak mampu. Pada akhirnya, mereka menyadari bahwa kejadian ini adalah salah satu tanda kebesaran dari Allah Swt.
Fathimah binti Assad selama tiga hari berada di dalam Ka’bah. Hari keempat dinding Ka’bah baru terbuka sama seperti kejadian semula. Fathimah binti Asad menggendong bayinya keluar dari Ka’bah dan berkata: “Wahai umat, adalah hak Allah aku terpilih di antara para wanita sebelum aku dan memberikan kepadaku keutamaan (sebuah keutamaan dikarenakan telah mengandung dan melahirkan di dalam Ka’bah serta menjadi ibu bagi Ali). Aku selama tiga hari ini berada di dalam Ka’bah dan menikmati buah-buahan dan makanan-makanan surga.”
Fathimah binti Asad melanjutkan: “Ketika aku keluar dari Ka’bah sambil mengendong bayiku, aku mendengar sebuah suara, 'Wahai Fathimah, Aku adalah Tuhannya putramu. Aku memberi nama putramu dengan Ali dan Aku adalah Penciptanya. Namanya adalah nama suci yang berasal dari nama-Ku. Aku anugerahkan kehendak, kemuliaan, ketinggian dan keadilan kepadanya… Dia adalah orang yang akan mengagungkan-Ku, membesarkan-Ku dan mengesakan-Ku. Dia adalah imam dan pemimpin serta washi setelah kekasih dan Rasul-Ku Muhammad Saw. Maka berbahagialah orang yang mencintainya dan dia akan menolongnya.”
Dan hari yang mulia dan bahagia tersebut akhirnya diperingati oleh sebagian kaum muslimin di berbagai belahan dunia, karena dianggap sebagai hari keberwilayahan mereka terhadap Imam Suci pilihan Allah Swt dan Nabi-Nya.
Imam Ali adalah lelaki pertama Islam setelah seruan agama Allah Swt dirisalahkan Rasulullah Saw. Pada malam hijrah, karena mengetahui konspirasi kaum musyrikin untuk membunuh Nabi saw, Imam Ali mengorbankan dirinya dengan tidur di kasur beliau. Hingga turun ayat: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS al-Baqarah: 207)
Imam Ali senantiasa beserta Nabi dalam peperangan menghadapi kaum kafir durjana, pedangnya telah membunuh ratusan pembesar musyrikin hingga menjadikan Islam berjaya. Beliaulah Amirul Mukminin, kecakapannya diakui baik oleh kawan maupun lawan. Ketinggian ilmunya menjadikannya pintu dari kota ilmu Nabi. Mengenai ini Rasulullah bersabda: “Aku adalah kota ilmu sedangkan Ali adalah pintunya.”
Hingga saat sebelum Nabi Muhammad Saw wafat pada peristiwa Haji Wada wahyu turun kepada Beliau Saw untuk menyampaikan kabar kekhilafahan Imam Ali bin Abi Thalib as kepada masyarakat Islam. Oleh karena itu, Nabi menyuruh supaya semua rombongan yang di depan berhenti. Kemudian Nabi Muhammad saw menyampaikan perintah Tuhan (ayat tabligh surah al-Maidah: 76). Setelah itu Rasul Saw berpidato dan mengangkat tangan Imam Ali seraya bersabda: “Barang siapa yang menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah. Cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang yang memusuhinya.” (Musnad Ahmad bin Hanbal, jil. 30, hal. 430; Tafsir al-Qummi, jil. 1, hal.174)
Selamat berbahagia kepada segenap kaum muslimin atas lahirnya manusia agung pemimpin kaum mukminin.
Comments