"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Katakanlah (Muhammad), ‘Sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah diri (kepada-Nya)?’” (QS. al-Anbiya: 107 -108)
Kerusakan dan kezaliman telah mengkristal di tengah-tengah masyarakat Arab di saat sebelum pengutusan Nabi Muhammad ﷺ. Tak ada satu pun gerakan massa dan tak ada pula karakter-karakter sosial dan kultural yang diciptakan oleh tabiat kehidupan padang pasir yang mampu menghentikan keadaan moral masyarakatnya yang lemah dan rusak hingga menyeretnya pada kehancuran.
Agama-agama samawi sebelumnya yang telah turun telah terdistorsi hingga tidak dapat merealisasikan tujuan-tujuannya di tengah masyarakat manusia dan tidak mempunyai suatu langkah efektif untuk menyelesaikan badai kesesatan dan penyimpangan yang melanda dunia.
Baca juga: Puasa Para Nabi.
Kala itu, semua manusia berada dalam kesesatan fitnah dan kebingungan, sehingga mereka mudah diperdaya oleh kepandiran orang-orang yang dungu nan licik. Situasi peradaban Romawi dan Persia pun tidak kalah buruknya, bahkan keadaan semenanjung Arab tidak lebih baik dari keduanya. Alhasil, semua berada dalam tepi jurang api. Allah Swt berfirman:
“…dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang api, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.” (QS. Ali Imran: 103)
Alquran telah menggambarkan secara memukau tragedi yang dialami manusia saat itu. Sayidina Ali bin Abi Thalib ra menggambarkan dengan apik dalam khotbahnya mengenai keadaan manusia kala itu:
“Allah Swt mengutusnya (Nabi Muhammad ﷺ) saat terjadinya masa vakum dari para rasul, umat-umat terlelap dalam tidur panjang, dan fitnah semakin berkobar serta tersebarnya berbagai persoalan dan berkecamuknya berbagai peperangan. Dunia kala itu tampak tak bercahaya, kesombongan merajalela, dedaunan mulai layu, buahnya mulai tumbang, dan airnya mulai mengering. Menara-menara petunjuk telah lenyap dan agen-agen kejahatan bermunculan. Mereka bermuka masam di hadapan pendukung dan pencari kebenaran. Mereka mengobarkan fitnah. Makanan mereka bangkai, slogan mereka kecemasan dan selimut mereka adalah pedang.”
Dalam keadaan pelik yang dilalui oleh manusia itu, terbitlah cahaya llahi yang menerangi manusia dan negeri, dan mengabarkan berita gembira tentang kehidupan yang mulia dan kebahagiaan yang abadi. Itu terjadi ketika bumi Hijaz diberkati oleh kelahiran seorang nabi mulia, Muhammad bin Abdillah ﷺ pada Tahun Gajah (570 M) dan pada tanggal 12 bulan Rabiul Awal, pendapat lain sejarawan mengatakan 17 Rabiul Awal. Inilah kelahiran manusia agung pembawa rahmat atas seluruh alam.
Baca juga: Cahaya pada Wajah Suci Sang Nabi
Sumber-sumber sejarah mencatat beberapa peristiwa yang unik di hari kelahiran beliau, mulai dari padamnya api kaum Majusi, gempa yang dialami manusia hingga hancurnya berbagai gereja dan peribadatan kaum Yahudi, serta robohnya berbagai hal yang disembah selain Allah Swt dari tempatnya, dan tumbangnya berbagai berhala yang diletakkan di Kabah. Peristiwa tersebut membuat para tukang sihir dan para dukun terbelalak dan tak berdaya untuk menafsirkannya. Serta terbitlah bintang-bintang yang tak terlihat sebelumnya.
Melalui lisan Nabi Isa as, Injil pun telah memberitakan kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Alquran dan dibenarkan oleh Ahlulkitab. Allah Swt berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata,’Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)’”. (QS. Ash-Shaf: 6)
Selamat memperingati hari lahirnya manusia agung yang menjadi teladan abadi bagi seluruh umat manusia di jagad raya ini, semoga kita semua dapat terus menjadi pengikutnya yang sejati sehingga syafaat darinya akan kita peroleh nanti di Hari Kiamat. Allahuma shali ‘ala sayidina Muhammad wa ‘ala aali sayidina Muhammad.
Dana Mustadhafin
Comments